Jumat, 24 Juli 2015

ayah membunuh anak (king sulaiman ) ep akhir 2

ngkapan kesedihan yang mendalam terhadap gugurnya pahlawan gagah berani yang sangat dibanggakan dan diharapkan.
Kalo denger lagu ini inget pangeran Mustafa cry emotikon
Bagi yang mau download lagunya, ini link_nya:
http://www.savelagu.com/…/muhtesem-yuzyil-zahit-bizi-tan-ey…

Judul "Zahit Bizi Tan Eyleme -Aytekin Tas"
"Muhtesem Yuzyil - Zahit Bizi Tan Eyleme -Aytekin Tas"

Mihrimah Menyesali perbuatannya untuk menyingkirkan Mustafa dengan Mencuri Stempel dan Membuat Surat palsu Tetapi Niatnya Bukan untuk membunuh Mustafa setelah Mustafa Mati ia menyesal .







kim Şehzade mustafa kötülenen

Ayah sudah berjanji padaku bahwa ayah tidak akan membunuhku dan aku berjanji tidak akan memberontak,aku telah menepati janjiku aku tidak memberontak,kenapa ayah mengingkari janjimu 
Foto Laila Dewi Sri Wahyuni.





Surat Pangeran selim untuk Nurbanu :
"Apa yang ditunggu telah terjadi nurbanu, ayah kita memerintahkan untuk mengeksekusi pangeran mustafa.
Aku bisa merasakan diriku satu langkah mendekati tahta.
Pesaingku yang terkuat kini tak ada lagi…
Tapi apakah aku senang ???
Aku tidak punya jawaban untuk itu.

Jawabannya adalah bahwa suara hati nurani ku menekan segalanya hingga aku tak bisa menemukan dan mendengarkan apapun !!




























































Solopos.com, SOLO – Serial Abad Kejayaan ANTV, Selasa (21/7/2015) malam ini, berlanjut dengan Mustafa yang akhirnya memberanikan diri menemui ayahnya walaupun dianggap sebagai penghianat.
Baginda sudah menyiapkan orang untuk membunuh anaknya itu. Mustafa yang memang tidak ada persiapan hanya bisa pasrah. Kendati sudah menjelaskan kepada ayahnya, Baginda tetap tak mau mempercayainya. Mustafa pun tewas secara tragis dijerat menggunakan tali oleh algojo.
Sehari sebelum kematiannya, Mustafa menulis surat untuk ayahnya. Baginda menemukan surat Mustafa di jubahnya sesaat setelah ia dieksekusi. Berikut isi surat Mustafa untuk Baginda Suleiman sebagaimana dikutip Solopos.com dari berbagai sumber:



Surat terakhir Mustafa :
“Ayah… Kau mungkin tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk membaca surat ini saat aku masih hidup. Aku menulis surat ini jauh dari kemungkinan bahwa aku akan menerima nasib yang tak pernah aku harapkan. Ini adalah keinginanku.
Tetapi jika keinginanku tidak terpenuhi, dan surat ini benar-benar mencapai tanganmu, itu berarti kau benar-benar mengeksekusiku.
Oh Ayah… Ayahku tersayang. Pada saat kau membaca kata-kata ini, aku telah pergi dari dunia palsu ini. Ketahuilah bahwa tanganmu penuh dengan darah dan kau telah mengambil nyawa yang tidak bersalah.
Karena aku berjanji, bahwa aku tidak akan pernah mengkhianatimu, kau juga berjanji bahwa kau tidak akan mengeksekusiku.
Aku terus berjanji, kau adalah ayahku dan aku tidak akan pernah melakukan pemberontakan, aku tidak akan pernah melakukannya.
Namun, kau tidak memenuhi janjimu, kau melakukan hal yang kau katakan tidak akan pernah kau lakukan.
Aku telah meninggalkan dunia yang kejam ini, di mana seorang ayah dapat mengorbankan anaknya sendiri.
Mungkin namaku tidak akan pernah ditulis dalam halaman emas sejarah dan tidak seorang pun berbicara tentang kemenanganku, bahkan semua orang akan mengenalku sebagai pangeran yang berkhianat. Biarlah mereka menulis hal seperti itu. Biarlah mereka menyembunyikan hal itu dan hanya Allah yang tahu kebenarannya.
Suatu hari akan tiba, akan datang orang-orang yang mengerti tentang kematianku, dan hari itu segera tiba.”



Foto Desy Roelofs.















Foto Desy Roelofs.








 Tascali Yahya menulis puisi sebagai bentuk penghormatannya untuk mengenang Mustafa. Berikut puisi yang menggambarkan kesedihan sang sastrawan.
“Tolong tolong! Algojo kematian menangkap Sultan Mustafa. Ini bagian dari dunia yang berada di ambang kehancuran. Matahari terbenam pada keindahan wajahnya, segalanya hilang. Ottoman tersisa di bawah konspirasi dan rasa bersalah.
Karena sebuah kebohongan palsu dan rahasia air mata kebencian yang jatuh dari mata kita. Api perpisahan membakar di dalam diri kita.
Mau jadi seberapa baik? Kita tidak bisa melihat apa yang terjadi. Tapi kami dipaksa untuk menyaksikan segala sesuatu. Biarkan kesedihan kami tidak bergerak perlahan seperti angin pagi. Dinasti Sultan kami Dihina!
Siapa yang melihat anak seorang Sultan yang menyerupai Omar dibunuh oleh ayahnya? Taman-taman surga adalah tujuan akhir Sehzade Mustafa










Tidak ada komentar:

Posting Komentar